
Penabuh
dol pun bukan sembarang orang melainkan keturunan tabot, yaitu warga Bengkulu
keturunan India yang biasa disebut sipai. Dol memang dikenalkan kali pertama
oleh masyarakat Muslim India yang datang ke Indonesia dibawa Pemerintah
kolonial Inggris yang saat itu membangun Benteng Malborough. Mereka kemudian
menikah dengan orang lokal Bengkulu dan garis keturunannya dikenal sebagai
keluarga tabot. Hingga tahun 1970-an, musik dol hanya boleh dimainkan
orang-orang yang memiliki hubungan darah dengan keluarga tabot tersebut. tapi sekarang
dol bebas dimainkan oleh semua orang .
Sekilas
dol berbentuk seperti beduk. Berbentuk setengah bulat lonjong dan berhiaskan
ornamen warna-warni. Dol terbuat dari kayu atau bonggol kelapa yang terkenal
ringan namun kuat atau kadang juga terbuat dari kayu pohon nangka. Bonggol
pohon kelapa dilubangi dan bagian atasnya lalu ditutup kulit sapi atau kulit
kambing. Diameter dol terbesar bisa mencapai 70-125 cm dengan tinggi 80 cm dan
alat pemukulnya berdiameter 5 cm dan panjangnya 30 cm.
Dimainkan
dengan cara dipukul, ada 3 teknik dasar memainkan dol, yaitu: disebut suwena,
tamatam, dan suwari. Jenis pukulan suwena biasanya untuk suasana berduka cita
dengan tempo pukulan lambat; tamatam untuk suasana riang, konstan dan ritmenya
cepat; sementara suwari adalah pukulan untuk perjalanan panjang dengan tempo
pukulan satu-satu. Dalam pementasan dol, ada intsrumen lain yang ikut
mengiringi, seperti tassa (sejenis rebana yang dipukul dengan rotan), dol
berukuran kecil, serunai, dan lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar