Follow Us @soratemplates

Kamis, 28 September 2017

Mengidntifikasi Bakat dan Kreatifitas Seseorang

BAB I
PENDAHULUAN


      A.     Latar Belakang
Pada dasarnya masing-masing individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Belajar ataupun bekerja pada bidang yang diminati, terlebih lagi didukung dengan bakat serta talenta yang sesuai, akan membawa gairah dan memberi kenikmatan dalam mempelajari atau menjalaninya. Sayangnya sering kali remaja memilih suatu jurusan atau bidang studi karena terbawa dan ikut teman-temannya, atau memilih bidang yang lebih popular, tanpa sempat mencerna terlebih dahulu dan memahami bidang yang akan dipelajari, menjadi apa setelah selesai sekolah ataupun lebih jauh lagi mengenali bidang pekerjaan seperti apa yang biasa digelutinya sesuai dengan latar belakang pendidikannya tersebut.
Renzulli (Munandar, 1999) mengungkapkan bahwa yang menentukan keberbakatan seorang individu tidak hanya karena kemampuan umumnya berada  di atas rata-rata, melainkan juga kreativitas dan pengikatan diri terhadap tugas (task commitment). Bakat (aptitude) mengandung makna kemampuan bawaan yang merupakan potensi (potential ability) yang masih perlu dikembangkan dan dilatih lebih lanjut. Karena sifatnya yang masih potensial atau laten, bakat merupakan potensi yang masih memerlukan pengembangan dan latihan secara serius dan sistematis agar dapat terwujud. 
Semiawan (Ali & Asrori, 2005) menyimpulkan bahwa bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus. Bakat umum apabila kemampuan yang berupa potensi itu bersifat umum, misalnya bakat intelektual umum, sedangkan bakat khusus apabila kemampuan yang berupa potensi itu bersifat khusus, misalnya bakat akademik, bakat kinestetik, bakat seni, atau bakat sosial. 
Dengan bakat, memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu. Tetapi, untuk mewujudkan bakat ke dalam suatu prestasi diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman, dan motivasi.
Sedangkan kreativitas adalah suatu kemampuan umum untuk menciptakan suatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. Bakat ataupun kreatifitas, keduanya adalah hal yang penting dalam sebuah perkembangan seseorang yang lebih baik di ketahui sejak dini, agar seseorang tersebut bisa mengarahkan dirinya sesuai dengan bakat yang dimiliki setiap individunya.



BAB II
PEMBAHASAN


     A.    Mengenali Bakat dan Kreativitas Seseorang
Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengenali bakat adalah sebagai berikut:

   a.       Observasi perilaku sehari-hari
Orang tua dapat melihat kecenderungan perilaku anak untuk melihat bakat anaknya. Dengan begitu, orang tua dapat membimbing anak-anaknya pada bidang pendidikan maupun ekstra kurikuler yang diminati. Namun orang tua jangan memaksakan kehendak kepada sang anak. Karena anak akan merasa tidak senang dan tidak nyaman dalam melakukannya, sehingga hasil yang didapatkan tidak optimal.

   b.      Tes bakat
Tes bakat bertujuan membantu memberikan gambaran mengenai kemampuan anak  di berbagai minatnya di bidang-bidang tertentu, untuk kemudian merencanakan dan membuat keputusan mengenai pilihan pendidikan. Melalui tes bakat akan diperoleh gambaran mengenai berbagai bidang kemampuan anak. Hasil tes bakat tidak mutlak dapat menentukan pendidikan yang akan dijalani anak. Guru, orang tua, atau pembimbing perlu mengenal bakat anak-anaknya sehingga dapat memberikan pendidikan dan menyediakan pengalaman sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak.
Dari hasil penelitian para ilmuwan di bidang dermatoglyphics, diketahui bahwa setiap individu di dunia memiliki sidik jari yang berbeda-beda.
Karakter sidik jari manusia juga ternyata berhubungan erat dengan bagian fungsi otak.
1.      Melihat tingkah laku anak. Kegiatan apa yang sering dilakukannya? Anak lebih berminat pada hal-hal apa?
2.      Mengikuti perkembangan anak dengan cermat.
3.      Memberikan berbagai macam stimulus atau rangsangan kepada anak, misalnya dengan memberikan les atau permainan yang variatif.
4.      Melakukan tes psikologi (tes bakat) untuk melihat kelebihan dan kelemahan anak. Tes ini bisa dilakukan saat anak berusia 7 tahun atau saat masuk sekolah. Pada usia tersebut sudah terlihat bakat serta minat anak.

   c.       Tes sidik jari
Salah satu cara untuk mengenali potensi dan bakat anak adalah melalui analisis sidik jari (finger print analysis). Dengan menganalisis pola sidik jari yang berhubungan dengan sistem hormon pertumbuhan pada sel otak, kini kita dapat mendeteksi potensi kecerdasan alamiah anak sehingga para orang tua dapat menentukan metode simulasi yang tepat dalam memaksimalkan perkembangan kecerdasan anak. Analisa sidik jari juga bisa digunakan untuk mengetahui minat, bakat, kecerdasa, bahkan gaya belajar, potensi bakat sampai analisa karakter anak. Sedikit pengetahuan tentang tes sidik jari. Dari hasil penelitian para ilmuwan di bidang dermatoglyphics, diketahui bahwa setiap individu di dunia memiliki sidik jari yang berbeda-beda.
Jari-jari tangan sebelah kanan seseorang mewakili fungsi otak sebelah kiri. Otak kiri berfungsi untuk melihat perbedaan angka, urutan, tulisan, hitungan, dan logika.
Sedangkan jari-jari tangan sebelah kiri sesorang mewakili fungsi otak sebelah kanan. Otak kanan berfungsi untuk melihat persamaan, khayalan, kreativitas, bentuk ruang, emosi, musik, dan warna.

     B.     Jenis-Jenis Bakat
Bakat merupakan suatu kondisi atau suatu kulaitas yang dimiliki individu yang memungkinkan individu itu untuk berkembang pada masa mendatang. Bakat juga berarti  kemampuan bawaan berupa potensi khusus dan jika memperoleh kesempatan berkembang dengan baik, akan muncul sebagai kemampuan khusus dalam bidang tertentu sesuai potensinya .
mengklasifikasikan jenis-jenis bakat khusus, baik yang masih berupa potensi maupun yang sudah terwujud menjadi lima bidang,yaitu:
1.  Bakat akademik khusus, misalnya bakat untuk memahami konsep yang berkaitan dengan angka-angka (numeric), logika bahasa (verbal), dan sejenisnya.
2.  Bakat kreatif – produktif, artinya bakat dalam hal menciptakan sesuatu yang baru, misalnya menghasilkan program komputer terbaru, arsitektur terbaru, dan sejenisnya
3.  Bakat seni, misalnya mampu mengaransemen musik yang digemari banyak orang, menciptakan lagu dalam waktu yang singkat, dan mampu melukis dengan indah dalam waktu yang relatif singkat
4.      Bakat psikomotorik, antara lain sepak bola dan bulu tangkis                            
5.  Bakat sosial, antara lain mahir melakukan negosiasi, menawarkan suatu produk, berkomunikasi dalam organisasi, dan mahir dalam kepemimpinan.

                  Sehubungan dengan cara berfungsinya ,ada dua jenis bakat yaitu :
1.    Kemampuan pada bidang khusus (talent) seperti pada bakat music, bakat menari, olah raga dan lain – lain.
2.    Bakat khusus yang dibutuhkan sebagai perantara untuk merealisir kemampuan khusus misalnya bakat melihat ruang (dimensi) dibutuhkan untuk merealisasi kemampuan di bidang teknik arsitek.

      C.    Deskripsi Kasus
Contoh kasus ini diambil dari kasus anak berbakat dari Indonesia, yaitu seorang anak laki-laki berumur lima tahun dari keluarga sederhana, ibu berpendidikan SD dan ayah tamat SMA. Rifa’i adalah anak bungsu dari tiga bersaudara, semuanya laki-laki. Pada umur 2-3 tahun Fai menjadi buah bibir masyarakat Indonesia karena sering ditampilkan di media massasurat kabar, majalah, televisi. Ia disebut-sebut sebagai "anak genius" karena pada umur 2-3 tahun sudah hafal nama-nama menteri cabinet Indonesia,  kepala negara dan bendahara dari barbagai negara, berbagai ayat suci Al Qur’an, dan dapat dengan lancar mengucapkan teks proklamasi.
Perkembangannya, sebagaimana dikemukakan oleh orang tuanya, memang tampak maju untuk umurnya. Belum umur satu tahun ia sudah tidak mengompol, ia dapat berjalan pada umur 11 bulan dan mulai berbicara pada umur satu tahun, walaupun sampai beberapa tahun ia masih cadel dalam berbicara. Orangtuanya sering ‘’kewalahan’’ menjawab pertanyaan-pertanyaannya. Ia cepat belajar lagu-lagu dan senang dengan macam-macam kuis. Pada umur 3,5 tahun ia sudah mampu main game watch dan main catur (walaupun masih membuat banyak kesalahan), dan juga sudah dapat membaca dan menulis. Pada umur lima tahu ia sudah tampil di televisi untuk membaca puisi. Ia pun ikut dengan salah satu sanggar teater di Jakarta dan memainkan peran utama disalah satu lakon.
Dalam bermain,  karena orangtuamya tidak mampu ,membelikan macam-macam mainan untuknya, Fai dapat membuat mainannya sendiri, misalnya membuat kuda-kudaan atau kendaraan perang-perangan dari tutup botol dan bahan-bahan yang tersedia lainnya. Menurut orangtuanya, Fai tidak pernah merasa bosan, ada saja kegiatan yang ia lakukan. Ia tampak haus akan pengetahuan.
Keluaraga Fai tinggal di rumah kontrakan kecil yang terletak di gang yang penduduknya sangat padat. Luas rumahnya kurang dari 50m², terdiri dari ruang tamu yang juga dipakai untuk menggantungkan pakaian dan cucian, dan sekaligus merupakan ruang belajar. Ruang keluarga dengan satu televisi berwarna, juga tampak padat. Satu kamar tidur digunakan oleh orang tua dan tiga anak. Fasilitas belajar yang tersedia sangat terbatas.

Analisis kasus
Dari hasil pemeriksaan psikologis ternyata taraf kecerdasan Fai tergolong cukup tinggi. Kemampuan menggunakan koordinasi psikomotorik berkembang lebih baik dari pada penalaran verbalnya. Ia cukup menguasai dasar-dasar skolastik pada umur empat tahun yang diperlukannya  sebagai persiapan masuk kelas satu SD. Namun, kemampuannya berpikir kreatif kurang menonjol, sesuatau hal yang dapat dipahami, pertama karena kondisi sosial-ekonomi yang kurang menunjang dari keluarga ini sehingga orangtuanya tidak dapat mengikutsertakan Fai pada berbagai kegiatan kreativitas yangditawarkan disekolah karena tidak mampu membiayainya. Fai hanya ikut kegiatan pramuka. Kedua, orang tua Fai agaknya lebih mementingkan perkembangan skolastik, seperti menghafal, membaca, menulis dan berhitung, pada usia dimana sebetulnya justru perkembangan imajinasi dan kreativiitas penting.
Mereka melakukan tugas sebagai orang tua dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan kemampuan mereka. Baik ayah maupun ibu memberikan banyak perhatian dan waktu untuk pendidikan Fai, tetapi dengna kondisi ekonomi dan tingkat pendidikan mereka yang terbatas, mereka tidak dapat memenuhi semua kebutuhan pendidikan Fai. Mereka masih kurang memahami cara-cara mengasuh dan mendidik anak yang memupuk pengembangan bakat dan kreativitas anak seperti tampak dari kecenderungan untuk terutama melatih ingatan mekanis anak (menghafal hal-hal yang tidak berarti dalam kehidupan Fai) dari pada merangsang daya nalar dan daya piker kreatif anak.
Timbul pertanyaan: betulkah Fai seorang anak “genius”? Jawabannya bergantung pada bagaimana konsep tentang “kegeniusan”. Jika yang diartikan dengan “genius” semata-mata anak yang mempunyai tingkat kecerdasan sangat tinggi ( batasan menurut Terman adalah IQ diatas 140), maka mungkin saja Fai dapat digolongkan sebagai genius bila melihat salah satu hasil pemeriksaan psikologis. Namun, menurut pemeriksaan psikologis yang lain, IQ Fai hanya tergolong superior. Hal ini mungkin saja karena hasil pemeriksaan psikologis pada usia semuda Fai masih dapat berfluktuasi, bergantung pada kondisi anak dan kondisi pengetahuan.
Saat ini Faiduduk di kelas anak berbakat disekolah swasta; ia mendapat bantuan dalam biaya pendidikan. Mula-mula Fai duduk di kelas satu biasa; pada caturwulan pertama ia mencapai peringkat tertinggi dari 33 siswa, karena itu ia dipindahkan ke kelas anak berbakat. Di sini pada caturwulan kedua ia termasuk peringkat ketiga dari delapan anak berbakat. Sungguh prestasi tersendiri mengingat kondisi ekonomi dan tingkat pendidikan orangtuanya yang kurang menunjang. Yang perlu lebih diperhatikan oleh orangtuanya adalah keseimbangan dalam perkembangan fisik, sosial emosional dan intelektual, teutama perkembangan kreativitasnya.



DAFTAR PUSTAKA

Ali, M & Asrori, M 2005. Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.
Munandar, S. C. U. 1999. Kreativitas dan Keberbakatan; Strategi mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

https://sahlanazwar.blogspot.co.id/2013/04/pengertian-jenis-cara-mengukur-dan-cara.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar