Di era tekhnologi yang semakin modern, internet
berkembang begitu pesat. Tidak hanya untuk browsing dan berinteraksi lewat
situs jejaring sosial, kehadiran internet juga dimanfaatkan sebagai sarana bermain
game secara bersamaan (multiplayer) melalui game online.
Game online,
secara gamblang adalah game yang dimainkan dengan menggunakan jaringan baik LAN
(Local Area Network) atau internet. Biasanya, jenis game yang dimainkan adalah
game peperangan atau menyusun strategi. Bisnis warnet di Indonesia semenjak
beberapa tahun terakhir terlihat sangat pesat. Di beberapa warnet umumnya
terlihat dipenuhi oleh kalangan pelajar yang tak kelak selalu datang untuk
menghabiskan waktunya bermain game online dan terkadang mereka rela untuk tidak
masuk sekolah (bolos) hanya demi bermain game online. Permainan game online
bagi kalangan pelajar tingkat pertama hingga menengah bahkan anak-anak TK
bukanlah hal yang asing lagi di zaman sekarang ini. Fenomena yang berkembang saat ini adalah
remaja lebih senang bermain game online, remaja fokus kepada layar komputer
permainan yang ada di hadapannya ketimbang berinteraksi dengan lingkungan
disekitarnya. Menurut Suci Ardianita Karina, psikolog di Rumah Sakit Khusus
Daerah (RSKD) Atma Husada Mahakam, game online memiliki dua sudut pandang yang
berbeda. Di satu sisi menguntungkan, tapi di sisi lain sangat merugikan. “Game
online bisa digunakan sebagai bahan penghilang stres, tapi kalau kelebihan
pasti kecanduan dan berpengaruh pada psikologi anak-anak”. Ketergantungan game
online yang dialami pada masa remaja, dapat mempengaruhi aspek sosial remaja
dalam menjalani kehidupan sehari-hari, karena banyaknya waktu yang dihabiskan
di dunia maya mengakibatkan remaja kurang berinteraksi dengan orang lain dalam
dunia nyata.
Beberapa sebab yang membuat remaja kecanduan
game online, salah satunya adalah tantangan. “Dalam setiap game ada tantangan,
yang membuat pecandunya terus merasa tertantang, sehingga pada akhirnya, orang
yang kecanduan game akan merasa ketergantungan terus menerus dan tidak bisa
lepas dari game. Bila si pemain tidak bisa mengontrol dirinya sendiri, ia akan
jadi lupa diri. Si pecandu jadi lupa belajar. Bahkan saat belajar pun ia malah
mengingat-ingat permainan game.
Banyak fakta
yang kita jumpai, dengan pergi survey ke warnet-warnet maka tidak jarang kita
menemukan kalangan remaja bahkan anak-anak yang sedang main game online. Dari
berbagai warnet yang bisa ditemui di sekitar Jakarta, hampir mayoritas ada
pukul 07.00 sampai pukul 12.00 depenuhi oleh anak – anak dengan pakaian seragam
sekolah yang sedang bermain game online. Apa yang dilakukan pelajar tersebut
terkadang tanpa diketahui oleh orang tua mereka, ada saja alasan mereka untuk
meyakinkan orang tua nya, entah itu belajar di rumah teman, atau ada acara
sekolah.
Ciri-ciri remaja yang kecanduan game-online
menurut Rachmat (2012) :
(1) Anak lebih banyak menghabiskan waktu
bermain game pada jam-jam di luar sekolah;
(2) Tertidur di sekolah;
(3) Sering melalaikan tugas;
(4) Nilai di sekolah jeblok;
(5) Berbohong soal berapa lama waktu yang
sudah dihabiskan untuk bermain game;
(6) Lebih memilih bermain game dari pada
bermain dengan teman;
(7) Menjauhkan diri dari kelompok sosialnya
(klub atau kegiatan ekskul);
(8) Merasa cemas dan mudah marah jika tidak
bermain game.
Dalam hal
ini seharusnya para orang tua harus lebih memperhatikan lagi anak – anak
mereka, paling tidak mengetahui kemana mereka setelah pulang sekolah. Peran
orang tua dan lingkungan sekitar adalah factor penentu dari pengaruh remaja
dalam bermain game online. Dengan adanya dukungan/pengawasan dari keluarga dan
lingkungan sekitar, setidaknya bisa mengurangi dampak dan pengaruh dari game
online ini. Sehingga generasi penerus ini tidak terhanyut dalam perkembangan
teknologi yang nantinya bisa merusak masa depan mereka, bahkan bangsa kita ini.
Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, sekian dan terimakasih :)
Source :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar