BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada dasarnya
masing-masing individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Belajar ataupun
bekerja pada bidang yang diminati, terlebih lagi didukung dengan bakat serta
talenta yang sesuai, akan membawa gairah dan memberi kenikmatan dalam
mempelajari atau menjalaninya. Sayangnya sering kali remaja memilih suatu
jurusan atau bidang studi karena terbawa dan ikut teman-temannya, atau memilih
bidang yang lebih popular, tanpa sempat mencerna terlebih dahulu dan memahami
bidang yang akan dipelajari, menjadi apa setelah selesai sekolah ataupun lebih
jauh lagi mengenali bidang pekerjaan seperti apa yang biasa digelutinya sesuai
dengan latar belakang pendidikannya tersebut.
Renzulli
(Munandar, 1999) mengungkapkan bahwa yang menentukan keberbakatan seorang
individu tidak hanya karena kemampuan umumnya berada di atas
rata-rata, melainkan juga kreativitas dan pengikatan diri terhadap tugas (task
commitment). Bakat (aptitude) mengandung makna kemampuan bawaan yang merupakan
potensi (potential ability) yang masih perlu dikembangkan dan dilatih lebih
lanjut. Karena sifatnya yang masih potensial atau laten, bakat merupakan
potensi yang masih memerlukan pengembangan dan latihan secara serius dan
sistematis agar dapat terwujud.
Semiawan
(Ali & Asrori, 2005) menyimpulkan bahwa bakat adalah kemampuan alamiah
untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan, baik yang bersifat umum maupun
yang bersifat khusus. Bakat umum apabila kemampuan yang berupa potensi itu
bersifat umum, misalnya bakat intelektual umum, sedangkan bakat khusus apabila
kemampuan yang berupa potensi itu bersifat khusus, misalnya bakat akademik,
bakat kinestetik, bakat seni, atau bakat sosial.
Dengan bakat,
memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu. Tetapi,
untuk mewujudkan bakat ke dalam suatu prestasi diperlukan latihan, pengetahuan,
pengalaman, dan motivasi.
Sedangkan kreativitas adalah suatu
kemampuan umum untuk menciptakan suatu yang baru, sebagai kemampuan untuk
memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah,
atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur
yang sudah ada sebelumnya. Bakat ataupun kreatifitas, keduanya adalah hal yang
penting dalam sebuah perkembangan seseorang yang lebih baik di ketahui sejak
dini, agar seseorang tersebut bisa mengarahkan dirinya sesuai dengan bakat yang
dimiliki setiap individunya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Mengenali
Bakat dan Kreativitas Seseorang
Beberapa
cara yang bisa dilakukan untuk mengenali bakat adalah sebagai berikut:
a.
Observasi
perilaku sehari-hari
Orang
tua dapat melihat kecenderungan perilaku anak untuk melihat bakat anaknya.
Dengan begitu, orang tua dapat membimbing anak-anaknya pada bidang pendidikan
maupun ekstra kurikuler yang diminati. Namun orang tua jangan memaksakan
kehendak kepada sang anak. Karena anak akan merasa tidak senang dan tidak
nyaman dalam melakukannya, sehingga hasil yang didapatkan tidak optimal.
b.
Tes
bakat
Tes
bakat bertujuan membantu memberikan gambaran mengenai kemampuan
anak di berbagai minatnya di bidang-bidang tertentu, untuk kemudian
merencanakan dan membuat keputusan mengenai pilihan pendidikan. Melalui
tes bakat akan diperoleh gambaran mengenai berbagai bidang kemampuan anak.
Hasil tes bakat tidak mutlak dapat menentukan pendidikan yang akan dijalani
anak. Guru, orang tua, atau pembimbing perlu mengenal bakat anak-anaknya
sehingga dapat memberikan pendidikan dan menyediakan pengalaman sesuai dengan
kebutuhan masing-masing anak.
Dari
hasil penelitian para ilmuwan di bidang dermatoglyphics, diketahui bahwa setiap
individu di dunia memiliki sidik jari yang berbeda-beda.
Karakter
sidik jari manusia juga ternyata berhubungan erat dengan bagian fungsi otak.
1. Melihat tingkah laku
anak. Kegiatan apa yang sering dilakukannya? Anak lebih berminat pada hal-hal
apa?
2. Mengikuti perkembangan
anak dengan cermat.
3. Memberikan berbagai
macam stimulus atau rangsangan kepada anak, misalnya dengan memberikan les atau
permainan yang variatif.
4. Melakukan tes
psikologi (tes bakat) untuk melihat kelebihan dan kelemahan anak. Tes ini bisa
dilakukan saat anak berusia 7 tahun atau saat masuk sekolah. Pada usia tersebut
sudah terlihat bakat serta minat anak.
c.
Tes
sidik jari
Salah
satu cara untuk mengenali potensi dan bakat anak adalah melalui analisis sidik
jari (finger print analysis). Dengan menganalisis pola sidik jari yang
berhubungan dengan sistem hormon pertumbuhan pada sel otak, kini kita dapat
mendeteksi potensi kecerdasan alamiah anak sehingga para orang tua dapat
menentukan metode simulasi yang tepat dalam memaksimalkan perkembangan
kecerdasan anak. Analisa sidik jari juga bisa digunakan untuk mengetahui minat,
bakat, kecerdasa, bahkan gaya belajar, potensi bakat sampai analisa karakter
anak. Sedikit pengetahuan tentang tes sidik jari. Dari hasil penelitian para
ilmuwan di bidang dermatoglyphics, diketahui bahwa setiap individu
di dunia memiliki sidik jari yang berbeda-beda.
Jari-jari
tangan sebelah kanan seseorang mewakili fungsi otak sebelah kiri. Otak kiri
berfungsi untuk melihat perbedaan angka, urutan, tulisan, hitungan, dan logika.
Sedangkan
jari-jari tangan sebelah kiri sesorang mewakili fungsi otak sebelah kanan. Otak
kanan berfungsi untuk melihat persamaan, khayalan, kreativitas, bentuk ruang,
emosi, musik, dan warna.
B. Jenis-Jenis Bakat
Bakat merupakan suatu kondisi atau suatu kulaitas yang dimiliki individu
yang memungkinkan individu itu untuk berkembang pada masa mendatang. Bakat juga
berarti kemampuan bawaan berupa potensi khusus dan jika memperoleh
kesempatan berkembang dengan baik, akan muncul sebagai kemampuan khusus dalam
bidang tertentu sesuai potensinya .
mengklasifikasikan jenis-jenis bakat khusus, baik yang
masih berupa potensi maupun yang sudah terwujud menjadi lima bidang,yaitu:
1. Bakat akademik khusus, misalnya bakat untuk memahami
konsep yang berkaitan dengan angka-angka (numeric), logika bahasa (verbal),
dan sejenisnya.
2. Bakat kreatif –
produktif, artinya bakat dalam hal menciptakan sesuatu yang baru, misalnya
menghasilkan program komputer terbaru, arsitektur terbaru, dan sejenisnya
3. Bakat seni, misalnya
mampu mengaransemen musik yang digemari banyak orang, menciptakan lagu dalam
waktu yang singkat, dan mampu melukis dengan indah dalam waktu yang relatif
singkat
4. Bakat psikomotorik, antara lain sepak bola dan bulu
tangkis
5. Bakat sosial, antara lain mahir melakukan
negosiasi, menawarkan suatu produk, berkomunikasi dalam organisasi, dan mahir
dalam kepemimpinan.
Sehubungan dengan cara berfungsinya ,ada dua jenis
bakat yaitu :
1. Kemampuan pada bidang khusus (talent) seperti pada bakat music, bakat menari, olah raga dan lain – lain.
2. Bakat khusus yang
dibutuhkan sebagai perantara untuk merealisir kemampuan khusus misalnya bakat
melihat ruang (dimensi) dibutuhkan untuk merealisasi kemampuan di bidang teknik
arsitek.
C. Deskripsi Kasus
Contoh kasus ini diambil dari kasus anak berbakat dari Indonesia, yaitu
seorang anak laki-laki berumur lima tahun dari keluarga sederhana, ibu
berpendidikan SD dan ayah tamat SMA. Rifa’i adalah anak bungsu dari tiga bersaudara, semuanya laki-laki. Pada
umur 2-3 tahun Fai menjadi buah bibir masyarakat Indonesia karena sering
ditampilkan di media massa, surat kabar,
majalah, televisi. Ia disebut-sebut sebagai "anak genius" karena pada
umur 2-3 tahun sudah hafal nama-nama menteri cabinet Indonesia, kepala
negara dan bendahara dari barbagai negara, berbagai ayat suci Al Qur’an, dan
dapat dengan lancar mengucapkan teks proklamasi.
Perkembangannya, sebagaimana
dikemukakan oleh orang tuanya,
memang tampak maju untuk umurnya. Belum umur satu tahun ia sudah tidak
mengompol, ia dapat berjalan pada umur 11 bulan dan mulai berbicara pada umur
satu tahun, walaupun sampai beberapa tahun ia masih cadel dalam berbicara.
Orangtuanya sering ‘’kewalahan’’ menjawab pertanyaan-pertanyaannya. Ia cepat
belajar lagu-lagu dan senang dengan macam-macam kuis. Pada umur 3,5 tahun ia
sudah mampu main game watch dan main catur (walaupun masih
membuat banyak kesalahan), dan juga sudah dapat membaca dan menulis. Pada umur
lima tahu ia sudah tampil di televisi untuk membaca puisi. Ia pun ikut dengan
salah satu sanggar teater di Jakarta dan memainkan peran utama disalah satu
lakon.
Dalam bermain, karena
orangtuamya tidak mampu ,membelikan macam-macam mainan untuknya, Fai dapat
membuat mainannya sendiri, misalnya membuat kuda-kudaan atau kendaraan
perang-perangan dari tutup botol dan bahan-bahan yang tersedia lainnya. Menurut
orangtuanya, Fai tidak pernah merasa bosan, ada saja kegiatan yang ia lakukan.
Ia tampak haus akan pengetahuan.
Keluaraga Fai tinggal di rumah
kontrakan kecil yang terletak di gang yang penduduknya sangat padat. Luas
rumahnya kurang dari 50m², terdiri dari ruang tamu yang juga dipakai untuk
menggantungkan pakaian dan cucian, dan sekaligus merupakan ruang belajar. Ruang
keluarga dengan satu televisi berwarna, juga tampak padat. Satu kamar tidur
digunakan oleh orang tua dan tiga anak. Fasilitas belajar yang tersedia sangat
terbatas.
Analisis kasus
Dari hasil pemeriksaan
psikologis ternyata taraf kecerdasan Fai tergolong cukup tinggi. Kemampuan
menggunakan koordinasi psikomotorik berkembang lebih baik dari pada penalaran
verbalnya. Ia cukup menguasai dasar-dasar skolastik pada umur empat tahun yang
diperlukannya sebagai persiapan masuk kelas satu SD. Namun, kemampuannya
berpikir kreatif kurang menonjol, sesuatau hal yang dapat dipahami, pertama
karena kondisi sosial-ekonomi yang kurang menunjang dari keluarga ini sehingga
orangtuanya tidak dapat mengikutsertakan Fai pada berbagai kegiatan kreativitas
yangditawarkan disekolah karena tidak mampu membiayainya. Fai hanya ikut
kegiatan pramuka. Kedua, orang tua Fai agaknya lebih mementingkan perkembangan
skolastik, seperti menghafal, membaca, menulis dan berhitung, pada usia dimana
sebetulnya justru perkembangan imajinasi dan kreativiitas
penting.
Mereka melakukan tugas sebagai
orang tua dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan kemampuan mereka. Baik ayah
maupun ibu memberikan banyak perhatian dan waktu untuk pendidikan Fai, tetapi
dengna kondisi ekonomi dan tingkat pendidikan mereka yang terbatas, mereka
tidak dapat memenuhi semua kebutuhan pendidikan Fai. Mereka masih kurang
memahami cara-cara mengasuh dan mendidik anak yang memupuk pengembangan bakat
dan kreativitas anak seperti tampak dari kecenderungan untuk terutama melatih
ingatan mekanis anak (menghafal hal-hal yang tidak berarti dalam kehidupan Fai)
dari pada merangsang daya nalar dan daya piker kreatif anak.
Timbul pertanyaan: betulkah
Fai seorang anak “genius”? Jawabannya bergantung pada bagaimana konsep tentang
“kegeniusan”. Jika yang diartikan dengan “genius” semata-mata anak yang
mempunyai tingkat kecerdasan sangat tinggi ( batasan menurut Terman adalah IQ
diatas 140), maka mungkin saja Fai dapat digolongkan sebagai genius bila
melihat salah satu hasil pemeriksaan psikologis. Namun, menurut pemeriksaan
psikologis yang lain, IQ Fai hanya tergolong superior. Hal ini mungkin saja
karena hasil pemeriksaan psikologis pada usia semuda Fai masih dapat
berfluktuasi, bergantung pada kondisi anak dan kondisi pengetahuan.
Saat ini Faiduduk di kelas anak berbakat disekolah
swasta; ia mendapat bantuan dalam biaya pendidikan. Mula-mula Fai duduk di
kelas satu biasa; pada caturwulan pertama ia mencapai peringkat tertinggi dari
33 siswa, karena itu ia dipindahkan ke kelas anak berbakat. Di sini pada
caturwulan kedua ia termasuk peringkat ketiga dari delapan anak berbakat.
Sungguh prestasi tersendiri mengingat kondisi ekonomi dan tingkat pendidikan
orangtuanya yang kurang menunjang. Yang perlu lebih diperhatikan oleh
orangtuanya adalah keseimbangan dalam perkembangan fisik, sosial emosional dan
intelektual, teutama perkembangan kreativitasnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali, M & Asrori, M
2005. Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.
Munandar, S. C. U.
1999. Kreativitas dan Keberbakatan; Strategi mewujudkan Potensi Kreatif
dan Bakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
https://sahlanazwar.blogspot.co.id/2013/04/pengertian-jenis-cara-mengukur-dan-cara.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar